Senin, 16 Mei 2011

FAKTA, KEPERCAYAAN , KEBENARAN PENGETAHUAN,MITOS, LOGOS

A. Pendahuluan Berpikir merupakan suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuaan yang benar. Apa yang disebut benar bagi seseorang belum tentu benar bagi orang lain. Karena itu, kegiatan berpikir adalah usaha untuk menghasilkan pengetahuan yang benar. Jadi Kebenaran adalah persesuaian antara pengetahuan dan obyek, Pada setiap jenis pengetahuan tidak sama kriteria kebenarannya karena sifat dan watak pengetahuan itu berbeda. Pengetahuaan alam metafisika diketahui dengan keyakinan atau kepercayaan, tentunya tidak sama dengan pengetahuaan tentang alam fisik yang diketahui dengan fakta yang nyata dan nampak oleh indera. Alam fisik pun memiliki perbedaan ukuran kebenaran bagi setiap jenis dan bidang pengetahuan. Oleh sebab itu manusia terbagi menjadi dua bagian cara berpikir untuk mengetahui kebenara, ada yang berpikir rasional dan ada tidak rasional. Dan ada pula kebenaran itu secara rasio dan kebenaran secara empiris atau kebenaran logika dan kebenaran ituitif atau wahyu. Cara mendapatkan pengetahuaan tersebut ada dengan ilmiah dan ada pula secara mitos. Maka pada makalah ini kami akan menjelaskan tentang pengetahua baik secara fakta, kepercayaan, kebenaran pengetahua, dan bagaimana cara menelusuri pengetahua tersebut ada secara mitos, dan ada pula secara logos sesuai dengan tingkat dan perkembangan cara berpikir untuk mengatakan sesuatu pengetahua itu benar. B. Pembahasan 1. Fakta Fakta (bahasa Latin: factus) ialah segala sesuatu yang tertangkap oleh indra manusia. Catatan atas pengumpulan fakta disebut. Fakta seringkali diyakini oleh orang banyak (umum) sebagai hal yang sebenarnya, baik karena mereka telah mengalami kenyataan-kenyataan dari dekat maupun karena mereka dianggap telah melaporkan pengalaman orang lain yang sesungguhnya . Dalam istilah keilmuan fakta adalah suatu hasil pengamatan yang obyektif dan dapat dilakukan verifikasi oleh siapapun. Diluar lingkup keilmuan fakta sering pula dihubungkan dengan: • Suatu hasil pengamatan jujur yang diakui oleh pengamat yang diakui secara luas o Galat biasa terjadi pada proses interpretasi makna dari suatu pengamatan. o Kekuasaan kadang digunakan untuk memaksakan interpretasi politis yang benar dari suatu pengamatan. • Suatu kebiasaan yang diamati secara berulang; satu pengamatan terhadap fenomena apapun tidak menjadikan itu sebagai suatu fakta. Hasil pengamatan yang berulang biasanya dibutuhkan dengan menggunakan prosedur atau definisi cara kerja suatu fenomena. • Sesuatu yang dianggap aktual sebagai lawan dari dibuat • Sesuatu yang nyata, yang digunakan sebagai bahan interpretasi lanjutan • Informasi mengenai subyek tertentu • Sesuatu yang dipercaya sebagai penyebab atau makna Fakta Ilmiah Fakta ilmiah sering dipahami sebagai suatu entitas yang ada dalam suatu struktur sosial kepercayaan, akreditasi, institusi, dan praktek individual yang kompleks. 2. Kepercayaan Keyakinan adalah suatu sikap yang ditunjukkan oleh manusia saat ia merasa cukup tahu dan menyimpulkan bahwa dirinya telah mencapai kebenaran . Karena keyakinan merupakan suatu sikap, maka keyakinan seseorang tidak selalu benar atau, keyakinan semata bukanlah jaminan kebenaran. Contoh: Pada suatu masa, manusia pernah meyakini bahwa bumi merupakan pusat tata surya, belakangan disadari bahwa keyakinan itu keliru. Kepercayaan adalah suatu keadaan psikologis pada saat seseorang menganggap suatu premis benar. 3. Kebenaran Pengetahuan Kebenaran adalah persesuaian antara pengetahuan dan obyek .Kebenaran adalah lawan dari kekeliruan yang merupakan obyek dan pengetahuan tidak sesuai. Roda sebuah mobil berbentuk segitiga. Kenyataannya bentuk roda adalah bundar, karena pengetahuan tidak sesuai dengan obyek maka dianggap keliru. Namun saat dinyatakan bentuk roda adalah bundar dan terjadi kesesuaian, maka pernyataan dianggap benar. Pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang sesuai dengan obyek, yakni pengetahuan yang obyektif. Karena suatu obyek memiliki banyak aspek, maka sulit untuk mencakup keseluruhan aspek (mencoba meliputi seluruh kebenaran dari obyek tersebut) Pertanyaan tentang kebenaran, banyak diperdebatkan oleh teologiwan, filsuf, dan ahli logika. Salah satu cara sederhana untuk mempelajari suatu subjek adalah menentukan segala sesuatu yang bisa benar atau salah, termasuk pernyataan, proposisi, kepercayaan, kalimat, dan pemikiran. Bagaimana caranya kita mendapatkan pengetahuaan yang benar? Pada dasarnya terdapat dua cara pokok: yang pertama mendasarkan diri kepada rasio, yang kedua mendasarkan diri kepada pengalaman. Kaum rasionalis mengembangkan paham rasionalisme, sedang yang berdasarkan pengelaman mengembangkan paham emperisme. Kaum rasionalis menggunakan metode deduktif. Premis yang dipakai sesuatu yang dianggap jelas dan dapat diterima. Prinsip itu menurut mereka bukanlah ciptaan mereka, prinsip itu sudah ada jauh sebelum mereka berusaha memikirkannya paham ini dikenal dengan idealisme. Pengelaman tidak membuahkan prinsip, secara singkat dapat dikatakan bahwa ide bagi kaum rasionalis adalah bersifat apriori dan prapengelaman yang didapat manusia lewat penalaran rasional. Masalah yang timbul adalah mengenai kriteria untuk mengetahui akan kebenaran dari suatu ide yang menurut seseorang adalah jelas dan dapat di percaya tapi menurut yang lain belum tentu. jadi masalahnya adalah evaluasi dari kebenaran premis-premis yang di pakai dalam penalaran deduktif, karena premis ini semua bersumber pada penalaran rasionalis yang bersifat abstrak dan terbebas dari pengelaman dan evalusi ini tidak bias di pakai Kaum emperisme berpendapat bahwa pengetahuaan manusia bukan di dapat lewat penalaran rasionalis abstrak namun lewat pengelaman konkret. Masalahnya adalah dalam penyusunan pengetahuan secara empiris ialah bahwa pengetahuaan yang dikumpulkan itu cendrung untuk menjadi suatu kumpulan fakta-fakta belum bersifat konsisten dan munkin kontradiktif. Bahwa dunia fisik adalah nyata karena gejala yang tertangkap oleh panca indera. Mambawa pada dua masalah. Pertama sekiranya kita mengetahui dua fakta yang nyata, umpamanya rambut keriting dan intelegensi manusia, bagaimana kita mersa pasti kaitan antara dua fakta tersebut, sekiranya kita mengatakan tidak bagaimana sekiranya penalaran induktif membuktikan sebaliknya. Kedua mengenai hakikat pengelaman adalah cara dalam menemukan pengetahuaan dan panca indera sebagai alat yang menangkapnya. Pertanyaannya adalah apakah sebenarnya pengelaman ? apakah ini stimulus pancaindera? Atau sensasi? Sekiranya seberapa jauh kita dapat mengandalkan panca indera?. Ternyata kaum emperisme tidak bisa memberikan jawaban yang meyakinkan mengenai hakikat pengelaman itu sendiri. Disamping rasionalisme dan empirisme masih terdapat cara untuk mendapatkan pengetahuaan yaitu intuisi dan wahyu. Intuisi merupakan pengetahuaan yang didapat tampa melalui proses penalaran tertentu. Seorang yang terpusat pemikirannya pada sutu masalah tiba-tiba saja menemukan jawaban atas permasalahan tersebut. Intuisi bersifat personal dan tidak bias diramal. Kalau untuk menyusun pengetahuaan yang teratur tidak bias digunakan intusi hanya bias digunakan sebagai hipotesis analisis. Wahyu merupakan pengetahuan yang disampaikan tuhan pada manusia. Agama merupakan pengetahuaan tentang kehidupan sekarang, kehidupan setela hari akhir, dan tentang penciptaan manusia, pengetahuan ini berdasarkan kepercayaan hal yang gaib (supra natural). Kerpercayaan merupakan titik tolak dalam agama . 4. Mitos Mitos atau mite(myth) adalah cerita prosa rakyat yang tokohnya para dewa atau makhluk setengah dewa yang terjadi di dunia lain pada masa lampau dan dianggap benar-benar terjadi oleh yang empunya cerita atau penganutnya. Mitos pada umumnya menceritakan tentang terjadinya alam semesta, dunia, bentuk khas binatang, bentuk topografi, petualangan para dewa, kisah percintaan mereka dan sebagainya. Contoh mitos ada mitos yang berasal dari luar negeri pada umumnya telah mengalami perubahan dan pengolahan lebih lanjut, sehingga tidak terasa asing lagi yang disebabkan oleh proses adaptasi karena perubahan zaman. Menurut Moens-Zoeb, orang jawa bukan saja telah mengambil mitos-mitos dari India, melainkan juga telah mengadopsi dewa-dewa Hindu sebagai dewa Jawa. Bahkan orang Jawa pun percaya bahwa mitos-mitos tersebut terjadi di Jawa. Di Jawa Timur misalnya, Gunung Semeru dianggap oleh orang Hindu Jawa dan Bali sebagai gunung suci Mahameru atau sedikitnya sebagai Puncak Mahameru yang dipindahkan dari India ke Pulau Jawa. Dan ada mitos dalam negeri, Mitos di Indonesia biasanya menceritakan tentang terjadinya alam semesta, terjadinya susunan para dewa, terjadinya manusia pertama, dunia dewata, dan terjadinya makanan pokok. Mengenai mite terjadinya padi, dikenal adanya Dewi Sri yang dianggap sebagai dewi padi orang Jawa. Menurut versi Jawa Timur, Dewi Sri adalah putri raja Purwacarita. Ia mempunyai seorang saudara laki-laki yang bernama Sadana. Pada suatu hari selagi tidur, Sri dan Sadana disihir oleh ibu tirinya dan Sadana diubah menjadi seekor burung layang-layang sedangkan Sri diubah menjadi ular sawah. Kemudian ada mitologi tentang tokoh-tokoh rakyat di seluruh dunia, seperti cerita Oedipus, Theseus, Romulus, dan Nyikang mengandung unsur-unsur seperti, ibunya seorang perawan;ayahnya seorang raja;terjadi proses perkawinan yang tidak wajar dan lain-lain. Istilah Mitologi telah dipakai sejak abad 15, dan berati “ilmu yang menjelaskan tentang mitos”. Di masa sekarang, Mitologi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) adalah ilmu tentang bentuk sastra yang mengandung konsepsi dan dongeng suci mengenai kehidupan Dewa dan makhluk halus di suatu kebudayaan. Menurut pakarnya, Mitos tidak boleh disamakan dengan fabel, legenda, cerita rakyat, dongeng, anekdot atau kisah fiksi. Mitos dan agama juga berbeda, namun meliputi beberapa aspek. Mitologi terkait dekat dengan legenda maupun cerita rakyat. Tidak seperti mitologi, pada cerita rakyat, waktu dan tempat tidak spesifik dan ceritanya tidak dinggap sebagai suatu yang suci yang dipercaya kebenarannya. Sedangkan legenda, meskipun kejadiannya dianggap benar, pelaku-pelakunya pada legenda adalah manusia bukan dewa dan monster seperti pada mitologi. 5. Logos Logos adalah salah satu konsep kunci di dalam agama Kristen. Kata Logos atau davar sangat erat hubungan dengan penciptaan, kristologi, soteriologi dan teologi. Sosok Kristus seringkali diidentikkan dengan Logos atau firman Allah yang menjadi daging di dalam teologi Kristen. Definisi Kata logos berasal dari bahasa Yunani yang berarti sabda atau buah pikiran yang diungkapkan dalam perkataan, pertimbangan nalar atau arti . Dalam bahasa Ibrani davar berarti hal yang ada di belakang yang adalah firman kreatif Allah dan sejajar dengan sofia (hikmat), yaitu pengantara Allah dalam hubungan dengan ciptaan-Nya.. Kata ini dipakai dalam LXX (septuaginta) untuk menterjemahkan davar berarti kata, tapi kemudian berkembang dengan berbagai arti: dalam tata bahasa logos mengartikan kalimat yang lengkap dalam logika mengartikan suatu pernyataan yang berdasarkan kenyataan; dalam retorika mengartikan pidato yang tersusun secara tepat . Pada abad 6 SM merupakan zaman acuan yang disebut zaman peralihan dari mitos ke logos. Sebelumnya mitos alam semesta dan kejadian di dalamnya terjadi akibat kuasa gaib dan adikodrati, para dewa-dewi. Seorang pemikir bernama Miletos dari Asia Kecil memahami bahwa dunia dan gejala di dalamnya tanpa bersandar pada mitos akan tetapi pada logos. Melalui Logos mereka mencari prinsip rasional dan objek-ilmiah untuk menjelaskan keteraturan dunia dan posisi manusia di dalamnya . Manusia menerima kemampuan untuk mengerti diri sendiri dan untuk berpikir . Istilah logos juga dipakai oleh aliran Stoa dengan mengikuti Herakleitos (abad ke 6 sM). Istilah tersebut dipakai untuk mengartikan kekuasaan atau tugas ilahi yang memberi kesatuan, pertalian dan makna pada alam semesta(logos spermatikos), manusia menjadikan selaras dengan dasar yang sama, dan manusia itu sendiri dikatakan mempunyai logos baik sebagai budi rasio (logos endiathetos) maupun sebagai kemampuan berbicara (logos proforikos). Dalam Perjanjian Lama dalam tradisi orang Israel, ucapan seseorang dianggap dalam pengertian tertentu sebagai sebagian dari kedirian si pembicara yang mempunyai keberadaan sendiri yang nyata. Maka ucapan atau Firman Allah dalam Alkitab ialah penyataan diri-Nya sendiri dan kata davar bisa menunjuk kepada berita-berita tersendiri yang diberikan kepada para nabi, atau kepada isi pernyataan dalam keseluruhannya. Kata itu ada dipakai 394 kali tentang komunikasi dari Allah kepada manusia. Davar mengandung kuasa yang serupa dengan kuasa Allah yang mengucapkannya (Yes 55:11), melaksanakan kehendak-Nya, davar lebih menunjuk kepada Firman Allah yang tertulis . Dalam Perjanjian Baru di dalam Perjanjian Baru, kata logos dipakai dengan pengertian pesan Injil Kristen tentang Firman kehidupan (Fil 2:12) Firman kebenaran (Ef 1:13) kabar keselamatan (Kis 13:26), berita perdamaian (2 Kor 5:19) dan pemberitaan tentang salib (IKorint 1:18), dalam bahasa Yunani semuanya disebut logos.Logos ialah amanat dari pihak Allah yang dinyatakan dalam Yesus Kristus, yang wajib diberitakan dan taati . Injil Yohanes mengatakan bahwa sabda adalah pre-eksistensi, yakni sudah ada (= existere) dalam bahasa Latin sebelum (=prae) sebelum dunia diciptakan. Dengan perantaraan Sabda semuanya diciptakan, maka sabda tidak diciptakan. Logos/sabda tidak diciptakan dari ketiadaan, melainkan dilahirkan sejak kekal dari hakikat (=ousia: Yun) ilahi maka ia sehakikat (=homo ousios) dengan Bapa . Ilmu merupakan bagiaan dari pengetahuaan yang diketahui oleh manusia. Ilmu mencoba mencarikan penjelasan mengenai alam menjadi kesimpulan yang bersifat umum dan impersonal. Usaha untuk menjelaskan gejala alam ini sudah dimulai oleh manusia sejak dulunya.diprkirakan nenek moyang kita takjub memperhatikan kekuatan alam yang terdapat disekelilin mereka seperti hujan, banjir, topan, gempa bumi, letusan gunung berapi, mereka tak berdaya menghadapi kekutan alam yang sangat dahsyat yang dianggap kekuatan yang luar biasa, dicobanya menghubungkan dengan makhluk yang luar biasa pula, dan berkembanglah berbagai mitos tentang para dewa dengan berbagai kesaktiaan dan perangainya. Gejala alam merupakan merupakan pencerminan dari kepribadiaan mereka dan pada waktu itu gejala alam sukar diramalkan, berkembanglah took-tokoh supra natural yang juga bersifat begitu. Maka muncullah dewa-dewa yang pemarah, pendedam, dan mudah jatuh cinta, disamping itu berkemampuaan luar biasa. Manusia pada taraf ini telah mencoba menafsirkan alam fisik ini dan bahkan telah mencoba mengontrolnya. Sesuai dengan pengetahuaan mereka tentang gejala-gejala alam maka mengontrol timbulnya gejala yang berupa malapetaka adalah identik dengan kelakuaan para dewa. Maka bertumpukanlah sesajean di batas kampung atau jalan. Ini bias juga dikatakan sogogokan, segokan ini tentu sebanding dengan lingkup control yang diminta: dari segengam garam penyerahan kehormatan, sampai penyerahan korban jiwa. Kalau dipikir-pikir, kita mesti mengakat topi kepada nenek moyang kita, yang mencoba menggali rahasia alam dan menempatkan kehidupan mereka didalamnya. Tahapan selajutnya di tandai oleh usaha manusia untuk mencoba menafsirkan dunia ini terlepas dari belenggu mitos, mereka menatap kehidupan ini tidak lagi dari balik harum dupa dan asap kemeyan. Mereka, seperti nyanyian Ebit G.Ade, tidak lagi berpaling kepada macam-macam spekulasi namun bertanya lasung, kepada angin, kepada awan dan rumput, yang bergoyang. Engan mempelajari alam mereka mengembangkan pengetahuaan yang mempunyai kegunaan praktis seperti untuk pembuat tanggul, pembasmiaan hama dan bercocok tanam. Berkembanglah lalu pengetahuaan yang berakar pada pengelaman berdasarkan akal sehat yang didukung dengan metode coba-coba. Perkembangan ini menyebabkan tumbuh nya pengetahuaan yang disebut seni terapan yang mempunyai kegunaan lasung dalam kehidupan badani sehari-hari dismping seni halus yang bertujuaan memperkaya spiritual. Peradaban mesir kuno lebih kurang 3000 tahun sebelum masehi telah mengembangkan irigasi dan mdapat meramalkan timbulnya gerhana. Demikiaan pula dengan peradaban lainnya seperti Cina, India, terkenal dengan seni terapan yang tinggi. Sedangkan di Indonesia sendiri pada masa puncak kejayaan pada masa kerajaan Sriwijaya kerajaan Maja Pahit kapal- kapal mereka telah berlayari berbagai Samudra. Kemajuaan ini menurut logikanya harus didukung dengan seni terapan dalam pembuatan dan navigasi kapal yang tinggi pula. Candi-candi lain yang tersebar diseluruh penjuru tanah air merupakan bukti lain mengenai ketinggian mutu arsitektur nenek moyang kita. Tahapan selajutnya adalah tumbuhnya rasionalisme yang secara kritis mempermasalahkan dasar-dasar pikiran yang besifat mitos. Menurut Propper makna tahapan ini adalah penting dalam sejarah berpikirnya manusia yang menyebabkan tinggalnya tardisi yang bersifat dogmatic yang hanya hidupnya memperkenakan satu dogtrin yang digantikan dengan doktrin yang bersifat majemuk (pluralistic) yang masing-masing mencoba menemukan kebenaran secara analisi yang bersiafat kritis. Ilmu mencoba menafsirkan gejala alam dengan cara mencari penjelasan tentang berbagai kejadiaan. Dalam usaha menemukan penjelasan ini terutama penjelasan yang bersifat mendasar dan postulasional. Maka ilmu tidak bias melepaskan diri dari penafsiran yang bersifat rasional dan meta fisis. Pengkajian ilmu yang sekadar pada kulit luarnya saja tanpa berani mengemukan postulat-postulat yang bersumber penapsiran metafisis tidak akan memungkinkan kita sampai kepada teori fisika nuklir. Paling-paling mendapatkan pengetahuaan yang tidak berbeda jauh dari akal sehat yang lebih maju. Ilmu mempunyai dua peranan, ujar Betrand Rusel, pada suatu pihak sebagai metafisika sedang pada pihak yang lain sebagai akal sehat yang terdidik. Lalu bagaimana caranya agar kita dapat mengembangkan ilmu yang mempunyai kerangka penjelasan yang masuk akal dan sekaligus mencerminkan kenyataan yang sebenarnya? Berkembanglah dengan kaitan pemikiran ini metode eksprimen yang merupakan jembatan antara penjelasan teoritis yang hidup dalam rasional dengan pembuktiaan yang dilakukan secara empiris . C. Penutup 1. Dalam istilah keilmuan fakta adalah suatu hasil pengamatan yang obyektif dan dapat dilakukan verifikasi oleh siapapun 2. Keyakinan adalah suatu sikap yang ditunjukkan oleh manusia saat ia merasa cukup tahu dan menyimpulkan bahwa dirinya telah mencapai kebenaran. Kepercayaan adalah suatu keadaan psikologis pada saat seseorang menganggap suatu premis benar 3. Kebenaran adalah persesuaian antara pengetahuan dan obyek.Kebenaran adalah lawan dari kekeliruan yang merupakan obyek dan pengetahuan tidak sesuai Fakta, keyakinan, kebenaran adalah kumpulan pengetahuaan untuk mencapai kebenaran pengetahua baik secara rasional, empiris, intuisi atau wahyu (dicapai dengan keyakinan). 4. Mitos atau mite(myth) adalah cerita prosa rakyat yang tokohnya para dewa atau makhluk setengah dewa yang terjadi di dunia lain pada masa lampau dan dianggap benar-benar terjadi oleh yang empunya cerita atau penganutnya 5. Kata logos berasal dari bahasa Yunani yang berarti sabda atau buah pikiran yang diungkapkan dalam perkataan, pertimbangan nalar atau arti Mitos dan logos adalah suatu tahapan berpikir manusia untuk mencapai kepada tingkat ilmiah dan kesempurnaan berpikir yand dapat di buktikan dan di verifikasi. DAFTAR KEPUSTAKAAN Vardiansyah, Dani. Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Jakarta: Indeks, 2008. (Inggris) Ehniger, D. Influence, belief, and argument: An Introduction to responsible persuasion. Glenview, IL: Scott, Foresman. Schwitzgebel, Eric (2006), "Belief", di dalam Zalta, Edward, The Stanford Encyclopedia of Philosophy, Stanford, CA: The Metaphysics Research Lab Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2009. J.D.Douglas."Ensiklopedi Alkitab", Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF,1992. A. Heuken.SJ."Ensiklopedi Gereja",Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka, 2005. Simon Petrus L.TJahjadi.Petualangan Intelektual, Konfrontasi dengan para filsuf dari zaman Yunani hingga Zaman Modern,Yogyakarta: BPK Kanisius, 2004. A. Sudiarja, SJ dkk."Karya Lengkap Driyarkara, Esai-esai Filsafat Pemikir yang terlibat penuh dalam perjuangan bangsanya",Jakarta: BPK Gramedia Pustaka Utama, 2006. Dr.F.D.Wellem.Kamus Sejarah Gereja, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006. Dr.Nico Syukur Dister.OFM Teologi Sistematika, Jakarta: Penerbit Kanisius.Yogyakarta, 2004.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar